“Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia!” Demikianlah, secuil motto cendikiawan muda, aktifis akademika sesaat setelah aksi turun ke jalan. Aksi ke jalan merupakan langkah konkrit terakhir apabila harapan mereka belum menemukan kesepakatan. Agenda ini selalu ada dan menjadi cerminan pergerakan mahasiswa bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Selain aksi, masih banyak lagi kegiatan pengembangan mahasiswa lain, seperti kajian, diskusi, seminar, bakti sosial, penyuluhan masyarakat, juga penelitian keilmuan. Namun, kegiatan ini terkadang masih ter-anaktirikan sehingga belum begitu banyak yang paham terhadap arah pergerakan mahasiswa yang sesungguhnya.
Semangat pemuda yang telah tertanam sejak awal mereka menyandang status ‘mahasiswa’ ini merupakan amanah dari sekian banyak rakyat Indonesia atas segala paradoks yang terjadi di berbagai bidang kehidupan di negeri ini, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nipotisme, biaya pendidikan mahal, kenaikan harga sembako, dan masih banyak lagi. Berbekal amanah mahasiswa sebagai agent of change, social control, dan iron stock, semangat kobar berapi-api telah mampu menggerakan pribadi-pribadi mahasiswa untuk turut serta terjun dalam perpolitikan mahasiswa. Semangat ini diharapkan mampu mengisi kekosongan pergerakan kampus sebagai bekal memasuki rimba politik yang sebenarnya.Selain itu, romantisme pergerakan mahasiswa terdahulu juga turut andil atas berkobarnya semangat mahasiswa saat ini. Berbagai keberhasilan akbar angkatan terdahulu merupakan modal awal mereka untuk masuk dalam barisan pergerakan ini, seperti sumpah pemuda, proklamasi, dan reformasi sehingga mereka juga ingin mengisi keberlanjutan pergerakan ini untuk menorehkan emas dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia.
Paradoks negeri ini telah memicu munculnya pergerakan-pergerakan mahasiswa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya raya atas segala sumber daya alamnya, baik di darat maupun laut, iklim tropis yang didukung oleh kesuburan tanah, berbagai kekayaan mineral, minyak, pertambangan, dan flora dan fauna ada di sini, Negara yang dahulu dikenal sebagai negara zamrud khatulistiwa. Selain itu, kakayaan sumber daya manusia baik kualitas dan kuantitas juga patut kita syukuri. Dengan apa yang dimiliki Indonesia tersebut, rasanya mustahil bila Indonesia harus menjadi negara berkembang. Namun, realita memang demikian, Indonesia masih menjadi negara berkembang bahkan telah tertinggal oleh Malaysia apalagi Singapura. Kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan kematian usia muda masih banyak terjadi di negeri ini. Jumlah penduduk usia produktif yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup keseharian yang masih sangat mahal tampaknya merupakan bukti betapa tidak mampunya negeri ini untuk hidup sejahtera. Selain itu, ada juga fenomena sosial yang tak kalah aneh terpelihara di negeri ini. Jurang kesenjangan ekonomi dan social antara si miskin dan si kaya kian lama kian terjal. Di saat mahasiswa dengan gencar menyerukan semangat anti-korupsi, menuntut kinerja pagawai negeri bergaji tinggi, sebagian besar oknum-oknum pemegang kekuasaan masih saja berkhianat pada negeri ini. Korupsi, kolusi, nipotisme, dan penyalahgunaan wewenang yang masih terjadi di mana-mana. Inilah bukti bahwa paradoks negeri masih terpelihara sampai kini.
Kini estafet pergerakan kemahasiswaan sedang menapaki jalan setapak yang remang-remang tertutup kabut senja. Pergerakan mahasiswa kian lama semakin memudar. Dulu aksi pergerakan mahasiswa mampu mendatangkan ribuan bahkan belasan ribu simpatisan namun kini hanya segelintir orang saja yang mampu bertahan, mempersamai realita yang ada, itupun sebagian karena mereka merupakan pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Tak hanya itu, berbagai hajad pergerakan mahasiswa lain seperti kajian, diskusi, bakti sosial, dan seminar jauh dari target keberhasilan. Bahkan seakan-akan kepengurusan organisasi terkurung tak berdaya oleh yang namanya program kerja tahunan yang mereka sepakati sendiri. Kuantitas pergerakan mahasiswa yang memprihatinkan juga harus dihadapkan dengan minimnya kualitas SDM sebagian pengemban pergerakan mahasiswa. Inilah realita yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semangat pergerakan mahasiswa semakin memudar.
Tumbuh suburnya budaya santai dan instan tampaknya merupakan biang penyebab kemunduran pergerakan mahasiswa Indonesia. Dewasa ini, mahasiswa telah teralihkan oleh hantaman globalisasi, modernisasi, serta pergeseran pola hidup. Berbagai fasilitas hidup mahasiswa telah menidurkan mereka. Pemikiran jangkan panjang bahwa negeri ini masih berkembang telah terlupakan. Saat ini, sebagaian besar mahasiswa lebih memilih mengisi waktu luang dengan jalan-jalan, malas-malasan, main game, internetan, daripada bergabung dalam barisan pergerakan kepemudaan bahkan belajar sekalipun. Tampaknya mahasiswa telah benar-benar terjebak santai dan instan. Hidup santai tanpa beban, hidup instan dalam segala urusan inilah yang menjadi tempat tempat singgah mahasiswa Indonesia saat ini, seakan-akan apa yang diimpikan telah terhidang secara melimpah.
Berbagai upaya nyata penanggulangan tak pernah lalai untuk me-rekontruksi kembali pergerakan-pergerakan mahasiswa, khususnya para pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Agenda jalan-jalan bersama, up grading, latihan kepemimpinan, seminar motivasi, sampai temu-kumpul informal selalu menjadi agenda rutin 2-3 bulanan. Selain itu, upaya penanggulangan internal juga telah menjadi pamungkas, seperti forum diskusi yang lebih interaktif, tema yang lebih ringan, kegiatan yang lebih inovatif dan masih banyak lagi.
Manusia hanya bisa bermimpi dan berupaya, namun hasil tetap Tuhan-lah yang menentukan. Masa depan pergerakan mahasiswa yang gemilang, yang mampu menjadi poros semangat kepemudaan demi kemajuan bangsa dan negara akan tetap selalu menjadi impian. Idealisme sebagai mahasiswa hanya akan menjadi sebuah angan-angan dan kegelisahan jika tidak disertai keinginan untuk mencari celah perwujudan tatkala melihat realita yang ada. Semoga semangat idealisme mahaiswa Indonesia mampu berperan untuk dalam percaturan politik kemahasiswaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar