Jumat, 08 Juni 2012

Idealisme Mahasiswa


“Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia!” Demikianlah, secuil motto cendikiawan muda, aktifis akademika sesaat setelah aksi turun ke jalan. Aksi ke jalan merupakan langkah konkrit terakhir apabila harapan mereka belum menemukan kesepakatan. Agenda ini selalu ada dan menjadi cerminan pergerakan mahasiswa bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Selain aksi, masih banyak lagi kegiatan pengembangan mahasiswa lain, seperti kajian, diskusi, seminar, bakti sosial, penyuluhan masyarakat, juga penelitian keilmuan. Namun, kegiatan ini terkadang masih ter-anaktirikan sehingga belum begitu banyak yang paham terhadap arah pergerakan mahasiswa yang sesungguhnya.

Semangat pemuda yang telah tertanam sejak awal mereka menyandang status ‘mahasiswa’ ini merupakan amanah dari sekian banyak rakyat Indonesia atas segala paradoks yang terjadi di berbagai bidang kehidupan di negeri ini, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nipotisme, biaya pendidikan mahal, kenaikan harga sembako, dan masih banyak lagi. Berbekal amanah mahasiswa sebagai agent of change, social control, dan iron stock, semangat kobar berapi-api telah mampu menggerakan pribadi-pribadi mahasiswa untuk turut serta terjun dalam perpolitikan mahasiswa. Semangat ini diharapkan mampu mengisi kekosongan pergerakan kampus sebagai bekal memasuki rimba politik yang sebenarnya.Selain itu, romantisme pergerakan mahasiswa terdahulu juga turut andil atas berkobarnya semangat mahasiswa saat ini. Berbagai keberhasilan akbar angkatan terdahulu merupakan modal awal mereka untuk masuk dalam barisan pergerakan ini, seperti sumpah pemuda, proklamasi, dan reformasi sehingga mereka juga ingin mengisi keberlanjutan pergerakan ini untuk menorehkan emas dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia.  

 Paradoks negeri ini telah memicu munculnya pergerakan-pergerakan mahasiswa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya raya atas segala sumber daya alamnya, baik di darat maupun laut, iklim tropis yang didukung oleh kesuburan tanah, berbagai kekayaan mineral, minyak, pertambangan, dan flora dan fauna ada di sini, Negara yang dahulu dikenal sebagai negara zamrud khatulistiwa. Selain itu, kakayaan sumber daya manusia baik kualitas dan kuantitas juga patut kita syukuri. Dengan apa yang dimiliki Indonesia tersebut, rasanya mustahil bila Indonesia harus menjadi negara berkembang. Namun, realita memang demikian, Indonesia masih menjadi negara berkembang bahkan telah tertinggal oleh Malaysia apalagi Singapura. Kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan kematian usia muda masih banyak terjadi di negeri ini. Jumlah penduduk usia produktif yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup keseharian yang masih sangat mahal tampaknya merupakan bukti betapa tidak mampunya negeri ini untuk hidup sejahtera. Selain itu, ada juga fenomena sosial yang tak kalah aneh terpelihara di negeri ini. Jurang kesenjangan ekonomi dan social antara si miskin dan si kaya kian lama kian terjal. Di saat mahasiswa dengan gencar menyerukan semangat anti-korupsi, menuntut kinerja pagawai negeri bergaji tinggi, sebagian besar oknum-oknum pemegang kekuasaan masih saja berkhianat pada negeri ini. Korupsi, kolusi, nipotisme, dan penyalahgunaan wewenang yang masih terjadi di mana-mana. Inilah bukti bahwa paradoks negeri masih terpelihara sampai kini.

Kini estafet pergerakan kemahasiswaan sedang menapaki jalan setapak yang remang-remang tertutup kabut senja. Pergerakan mahasiswa kian lama semakin memudar. Dulu aksi pergerakan mahasiswa mampu mendatangkan ribuan bahkan belasan ribu simpatisan namun kini hanya segelintir orang saja yang mampu bertahan, mempersamai realita yang ada, itupun sebagian karena mereka merupakan pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Tak hanya itu, berbagai hajad pergerakan mahasiswa lain seperti kajian, diskusi, bakti sosial, dan seminar jauh dari target keberhasilan. Bahkan seakan-akan kepengurusan organisasi terkurung tak berdaya oleh yang namanya program kerja tahunan yang mereka sepakati sendiri. Kuantitas pergerakan mahasiswa yang memprihatinkan juga harus dihadapkan dengan minimnya kualitas SDM sebagian pengemban pergerakan mahasiswa. Inilah realita yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semangat pergerakan mahasiswa semakin memudar.

Tumbuh suburnya budaya santai dan instan tampaknya merupakan biang penyebab kemunduran pergerakan mahasiswa Indonesia. Dewasa ini, mahasiswa telah teralihkan oleh hantaman globalisasi, modernisasi, serta pergeseran pola hidup. Berbagai fasilitas hidup mahasiswa telah menidurkan mereka. Pemikiran jangkan panjang bahwa negeri ini masih berkembang telah terlupakan. Saat ini, sebagaian besar mahasiswa lebih memilih mengisi waktu luang dengan jalan-jalan, malas-malasan, main game, internetan, daripada bergabung dalam barisan pergerakan kepemudaan bahkan belajar sekalipun. Tampaknya mahasiswa telah benar-benar terjebak santai dan instan. Hidup santai tanpa beban, hidup instan dalam segala urusan inilah yang menjadi tempat tempat singgah mahasiswa Indonesia saat ini, seakan-akan apa yang diimpikan telah terhidang secara melimpah.

Berbagai upaya nyata penanggulangan tak pernah lalai untuk me-rekontruksi kembali pergerakan-pergerakan mahasiswa, khususnya para pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Agenda jalan-jalan bersama, up grading, latihan kepemimpinan, seminar motivasi, sampai temu-kumpul informal selalu menjadi agenda rutin 2-3 bulanan. Selain itu, upaya penanggulangan internal juga telah menjadi pamungkas, seperti forum diskusi yang lebih interaktif, tema yang lebih ringan, kegiatan yang lebih inovatif dan masih banyak lagi.

Manusia hanya bisa bermimpi dan berupaya, namun hasil tetap Tuhan-lah yang menentukan. Masa depan pergerakan mahasiswa yang gemilang, yang mampu menjadi poros semangat kepemudaan demi kemajuan bangsa dan negara akan tetap selalu menjadi impian. Idealisme sebagai mahasiswa hanya akan menjadi sebuah angan-angan dan kegelisahan jika tidak disertai keinginan untuk mencari celah perwujudan tatkala melihat realita yang ada. Semoga semangat idealisme mahaiswa Indonesia mampu berperan untuk  dalam percaturan politik kemahasiswaan. 

Apakah Mahasiswa itu..???


Mahasiswa kebanyakan hanya diam saya, mereka sibuk dengan diri sendiri, apatis, tidak peduli dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya dan sombong hanya dengan titel mahasiswa yang menghiasi hatinya, muncul kebanggaan diri. Bahkan mereka mengira waktu muda digunakan hanya untuk pepentingan pribadi dengan bersenang-senang bersama teman karibnya ataupun lawan jenisnya. Apalagi mereka tumbuh di lingkungan sekuler yang memilah-milah agama dan kehidupan yang berpengaruh pada perilaku keseharian mereka.

Kuatnya arus globalisasi dan informasi telah meracuni pola piker dan pola sikap mereka. Mahasiswa lebih bersikap hedonis. Hal ini disebabkan pengaruh budaya barat yang telah meracuni mahasiswa. Mereka dengan mudah meniru budaya asing tanpa manyadari risikonya dan mengahabiskan masa mudanya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Juga terjebak pada system kapitalis dalam bidang ekonomi yng cenderung konsumif. Ada pengaruh dari sistem pendidikan yang membentuk mentaliti mahasiswa. Mulai dari sekolah dasar diajarkan ilmu yang bersifat dogma dan ketika di sekolah menengah pun diajari untuk mempelajari ilmunya dengan orientasi kerja, akibatnya tidak ada kebebasan berfikir serta mempelajari ilmu serasa dibelenggu oleh orientasi tersebut. dari sinilah terbentuk mentaliti mahasiswa yang saat ini dirasakan hedonis dan prakmatis.

Mahasiswa adalah intelektual terdidik dengan segala potensi yang ada pada dirinya. Kampus merupakan sarana yang paling efektif untuk melahirkan kaum intelektual sejati. Seorang mahasiswa intelektual  seharusnya tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tetapi juga kecerdasan spiritual. Mahasiswa yang memiliki kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikap Islami. Keterpaduan nilai-nilai Islami dengan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya.

Mahasiswa sebagai iron stock (penerus masa depan), yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan kepribadian Islam. Bangsa ini membutuhkan regenerasi yang akan mengganti g enerasi terdahulu dengan generasi baru yang memiliki semangat baru. Mahasiswa merupakan harapan bangsa, harapan masyarakat, harapan keluarga, dan harapan dunia. Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan mahasiswa harus siap dengan sgala tuntutan yang harus dimilikiuntuk mengemban amanah sebagai calon pemimpin masa depan. Generasi yang berjiwa pemimpin tampak dari tanggung jawabnya terhadap segala aktivitas kehidupannya, baik pemimpin bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia. Seorang pemimpin yang memiliki aqidah yang kuat melaksanakan syariat Islam. Pemimpin yang memiliki kharakter menjadikan syariah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengaturan masyarakat dan dirinya, menolak penjajahan dalam segala bentuknya, menolak segala pemikiran atau ideologi penjajah. Pemimpin harapan bangsa ini hany akan terwujud dalam sebuah negara Islam yang akan menerapkan system Islam.

Mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Dimana mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari kehidupan sosial sehingga mahasiswa harus ikut merasakan dan bersikap tanggap terhadap berbagai permasalahan yang sangat kompleks yang terjadi di masyarakat. Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini akan menjadi cerminan bangsa yang akan datang. Jika mahasiswa rajin, terus belajar, taiada henti membela keadilan dan kebenaran maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat. gener asi yang berkepribadian Islam akan terus menerus melakukan perubahan di masyarakatmenuju kehidupan yang Islami dan akan berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan dan motor perjuangan Islam yang nyata di tengah masyarakat.

Mahasiswa sebagai agent ofproblem solver. Dimana mahasiswa harus menjadi generasi yang memberikan solusi dari setiap persoalan yang terjadi di dalam lingkungan dan bangsanya sendiri. Di bidang pendidikan, kondisi dunia pendidikan di negeri ini boleh dikatakan semakin menburuk. Hal ini ditandai oleh siswa banyaknya siswa yang tidak lulus Ujian Nasional dan semakin mahalnya biaya pendidikan. Di bidang hukum dan peradilan, semakin merajarelanya mafia hukum dan peradilan. Di bidang politik dan pemerintahan, kasus-kasus korupsi semakin banyak dan beragam modus. Di bidang ekonomi, rakyat banyak yang hidupnya tak layak, busung lapar terjadi di beberapa tempat. Negeri yang kaya-raya dengan sumber daya ala mini pun masih menyisakan sekitar 100 juta penduduk miskin menurut katagori Bank Dunia. Parahnya lagi rakyat harus menanggung beban hutang luar negeri yang tahun 2010 ini mendekati Rp. 2000 triliun. Di bidang kesehatan sejumlah kasus gizi buruk terjadi di berbagai daerah, yang tentunya berkaitan dengan masalah kemiskinan. Biaya kesehatan makin tidak terjangkau. Hanya dengan menerapkan system Islam semua masalah itu dapat terselesaikan dengan tuntas.

Mahasiswa sebagai social control (penyampaian kebenaran). Fungsi ini dilakukan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Negara. Ketika ada aturan ataupun sikap pemimpin yang menzolimi rakyat maka mahasiswa harus mengoreksinya agar kejadian itu tidak terulang lagi. Penguasa harus berusaha memenuhi keinginan rakyatnya yang menjadi hak meraka.

Pemuda/mahasiswa merupakan asset yang berharga bagi umat ini. Mahasiswa memiliki potensi yang lebih dalam hal fisik, intelektual maupun intelejensinya. Potensi itulah yang seharusnya dicurahkan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk membangkitkan dirinya dan umat Islam ini dari keterpurukan. Sudah seharusnya seorang pemuda/mahasiswa berperan aktif untuk mengubah realita tersebut baik yang menimpa umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Itulah pemuda/mahasiswa harapan umat yang mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya serta berjuang bersama umat menuju kebangkitan yang hakiki.

Seorang pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Dalam kehidupan bernegara harapan kepada pemuda sangatlah besar karena mereka sebagai generasi penerus yakni meneruskan nilai-nilai kebaikan. Mereka sebagai generasi pengganti yang akan menggantikan orang-orang yang memang sudah tidak baik dengan kharakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mukmin tetapi tegas terhadap kaum kafir. Mereka sebagai generasi pembaharu yang akan memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu masyarakat.

Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat saat ini masih cukup jauh dari Islam seperti terlihat dimasyarakat korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Kalau hanya berdiam diri berarti membiarkan “kekalahan” ideologi yang diyakini kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan ke arah yang tidak dikehendaki. Melakukan perubahan adalah perintah Allah SWT di dalam ajaran Islam.

Bila kejayaan Islam masa  lalu muncul karena dakwah Islam yang banyak ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih, menggunakan waktunya demi perjuangan Islam, maka demikian juga dengan masa depan Islam. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Untuk membangkitkan umat diperlukan pemuda-pemuda yang mau bergerak secara ikhlas dan sungguh-sungguh untuk meraih kembali kejayaan Islam. Pemuda yang dibutuhkan adalah para pemuda Islam sekelas para sahabat yang memiliki tauhid yang lurus, keberanian menegakan kebenaran serta memiliki ketaatan pada Islam. Dengan dorongan peran pemuda inilah maka perjuangan menegakkan kembali aturan Allah di muka bumi ini akan berlangsung hingga Islam kembali. Wallahu a’lam bi ash-shawab.